JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 137 orang tewas dan 1,1 juta lainnya
mengungsi akibat bencana yang terjadi di Indonesia sejak awal Januari
2014.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa
(28/1) mengatakan, selain korban tewas dan mengungsi, tercatat pula
ribuan rumah rusak termasuk fasilitas umum seperti saluran irigasi dan
sebagainya.
“Jumlah korban akibat bencana di Indonesia khususnya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan puting beliung sejak 1
Januari sampai dengan hari ini tercatat 137 orang tewas dan 1,1 juta
jiwa mengungsi dan menderita. Juga menimbulkan kerusakan tercatat 1.234
rumah rusak berat, 273 rumah rusak sedang, dan 2.586 rumah rusak ringan
serta kerusakan infrastruktur yang lainnya, seperti jalan, saluran
irigasi lahan pertanian, dan lainnya,” ujarnya.
Sutopo menambahkan, kerugian akibat bencana banjir juga mencapai puluhan
triliun rupiah mengingat daerah-daerah yang menjadi sentra perekonomian
seperti Jakarta, Bekasi dan Karawang terus dilanda banjir. Selain itu
banjir juga terjadi di sepanjang Pantai Utara Jawa.
“...seperti, Indramayu, Subang, Pekalongan, Batang, Semarang, Jepara,
Kudus dan Pati yang merupakan daerah-daerah yang strategis di dalam
penyampaian pasokan pangan maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya, dalam hal
ini menimbulkan dampak yang cukup besar,” ujarnya.
Jumlah korban jiwa serta kerugian materil akibat banjir dan longsor
selama Januari 2014 ini, menurut Sutopo, lebih besar dibandingkan pada
Januari 2013. Ancaman banjir dan longsor ini, tambahnya, akan terus
berlanjut hingga Maret 2014 di sebagian besar wilayah Indonesia.
Hal itu, katanya, sesuai dengan pola curah hujan di Indonesia yang
puncaknya berlangsung sejak Januari hingga Maret, kecuali di wilayah
Maluku dan Halmahera yang puncaknya pada periode Juni--Juli 2014.
Kondisi demikian akan menambah statistik data bencana di Indonesia,
ujarnya.
Tren bencana hidrometeorologi di Indonesia, menurut Sutopo, terus
meningkat. Faktor antropogenik atau akibat ulah manusia dan degradasi
lingkungan, menurutnya, lebih dominan daripada faktor alam yang
menyebabkan banjir dan tanah longsor.
“Banjir dan longsor itu sebenarnya adalah dampak dari apa yang terjadi
dengan kondisi lingkungan yang ada. Seperti banjir itu adalah produk
dari penggunaan dan pemanfaatan lahan atau kawasan budidaya yang tidak
diikuti dengan asas konservasi tanah dan air. Kemudian juga praktik dari
pengelolaan banjir yang belum baik. Penanganannya tidak semua ditangani
BNPB tetapi juga kementrian lembaga yang memiliki portofolio sesuai
dengan tugas pokoknya,” ujarnya.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memperkirakan ada penambahan
angka untuk jumlah korban tewas. Manager Penanganan Bencana Walhi Mukri
Friatna kepada VOA mengatakan untuk wilayah Sulawesi Utara dan Jombang
Jawa Timur dari data Walhi masih ada 30 orang yang masih hilang akibat
banjir longsor.
Mukri berharap untuk ke depannya jumlah korban tewas akibat bencana
dapat diminimalisir. Salah satunya yang dapat dilakukan, menurut Mukri,
adalah BNPB lebih intensif melakukan pelatihan tanggap bencana. Selain
itu, lanjutnya, BNPB dapat menggunakan kewenangannya untuk menuntut
secara hukum pihak-pihak yang berkontribusi menyebabkan bencana.
“Ada baiknya BNPB itu menggunakan kewenangannya sebagaimana yang diatur
dalam undang-undang. Contohnya adalah setiap pelaku kegiatan baik
perorangan, korporasi atau siapapun yang menyebabkan terjadinya bencana
itu bisa dituntut secara pidana,” ujarnya.
Sabtu, 01 Februari 2014
137 Tewas Sejak Awal Januari Akibat Bencana di Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar